Menkoinfo telah berikhtiar untuk menyediakan akses di wilayah-wilayah itu melalui program menuju Indonesia Merdeka Sinyal 2020. Diantaranya adalah pembangunan Base Transceiver Station (BTS), dan Backbone Palapa Ring berbasis teknologi fiber optik. Namun, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) melaporkan ada 11% wilayah di Indonesia, khususnya di area terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), serta perbatasan yang masih berada di blank spot area selular. Yaitu daerah/wilayah yang tidak mendapat sinyal dari menara telekomunikasi yang membatasi pengguna layanan seluler untuk melakukan komunikasi.
Tampaknya, ikhtiar tersebut masih mengalami banyak kendala, dikarenakan lokasi geografis yang sangat beragam, khususnya di daerah-daerah pegunungan. Di pulau Jawa sendiri, masih banyak daerah yang belum mendapatkan akses internet yang stabil.
Dalam konteks ini, Universitas Terbuka (UT), kembali menunjukkan kepeloporannya dalam pengembangan sistem pendidikan jarak jauh (SPJJ) di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pengembangan program UT-AKSES. Sebuah pilot project yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesetaraan dan akses pada masyarakat di blank spot area, melalui penyediaan jaringan akses dan koneksi broadband dengan jaringan wireless lokal.
Program UT-AKSES ini dikembangkan dengan pendanaan bersama bersifat multiyears (2021—2023) antara Pusat Riset dan Inovasi PTJJ LPPM-UT dengan Erasmus+ Programme of the European Union, melalui Advancing Equity and Access to Higher Education through Open and Distance Learning Project (BUKA-Project) (https://www.bukaproject.org/). Di Kawasan ASEAN, BUKA-Project baru dikembangkan di tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Di Indonesia, yang dipercaya untuk mengembangkan projek access point ini adalah UT, yang sejak awal didesain dan dikembangkan sebagai perguruan tinggi terbuka dan jarak jauh, dan Universitas Negeri Padang (UNP) yang mengembangkan laboratorium multimedia.
Jaringan selular yang digunakan UT-AKSES bersifat jaringan tertutup (Closed Cellular Network) dengan access point yang juga tertutup (Internet Offline Server). Jaringan ini dapat digunakan untuk multi-traffic communication, dimana server dapat digunakan untuk penyimpanan data-data pembelajaran, pengembangan konten pembelajaran, dan manajemen mata kuliah online, serta komunikasi a-sinkronis (asyncronous communication) melalui forum dan chatbox. Penyimpanan data dilakukan oleh admin, sedangkan pengguna hanya bisa mengunduh data yang tersedia di server.
Konten pembelajaran dikembangkan menggunakan paduan antara desain pembelajaran inklusif (Inclusive Instructional Design/ID) dilengkapi dengan Analitik Pembelajaran (Learning Analitic/LA). Teknologi ini lazim digunakan dan dikembangkan pada modus pembelajaran online dan campuran (blended learning) dalam konteks pembelajaran terbuka dan jarak jauh (Open and Distance Learning/ODL).
Projek UT-AKSES diresmikan penggunaannya di Jasingha-Bogor (29/07/2022) oleh Esa Kujansuu, M.Sc., dosen senior Tampere University of Applied Sciences (TAMK), Finlandia yang juga perwakilan dari pihak BUKA-Project selaku selaku IT support BUKA Project. Saat ini, perangkat UT-AKSES telah terpasang di lima titik lokasi di wilayah Jawa Barat. Yaitu di SDN Cikopomayak 03 Jasingha, PAUD Pelita Ilmu, Balai Desa Kaloran Wonoboyo Kledung, Kampung Balimbing Lebak Banten, dan Cigombong Sukabumi. Tahun 2023 fasilitas UT-AKSES juga akan diperluas pemasangannya di luar Jawa.
Selain itu, fasilitas UT-AKSES juga masih diperuntukkan secara terbatas bagi para mahasiswa Universitas Terbuka yang berada di cakupan area UT-AKSES (sekitar 1 km dari titik akses). Sehingga para mahasiswa UT di blank spot area juga mendapatkan pengalaman belajar online, serta memperoleh kesetaraan dan akses terhadap bahan-bahan pembelajaran yang dibutuhkan. Selain itu, atas dasar sejumlah permintaan dari pihak sekolah yang ditempati fasilitas UT-AKSES, akses juga diberikan kepada para guru PAUD dan SD di wilayah itu untk digunakan oleh para siswanya dengan menambahkan konten-konten pembelajaran SD, SMP atau SMA.
Peresmian fasilitas UT-AKSES di kecamatan Jasingha oleh Esa Kujansuu, M.Sc., perwakilan BUKA-Project
Melalui program ini, mahasiswa UT dan masyarakat di wilayah blank spot area tetap dapat melakukan aktivitas pembelajaran tanpa tergantung pada jaringan internet. Mereka dapat mengakses dan memanfaatkan bahan-bahan pembelajaran yang tersedia di server menggunakan jaringan wifi yang tersedia melalui smartphone atau komputer.
Saat ini bahan-bahan pembelajaran yang sudah tersedia di server local UT-AKSES adalah: materi perkuliahan online; materi Layanan Pendukung Keterampilan Belajar Jarak Jauh (LPKBJJ) seperti Workshop Tugas, dan Klinik Ujian; contoh-contoh soal (bank soal); video Seri Pembelajaran; kurikulum; desain system internet offline (MOOCs); prosiding seminar (INNODEL); Repositori Karya Ilmiah, Wikipedia, Wikidictionary, dan bahan-bahan pembelajaran untuk sekolah lainnya. Semua bahan-bahan pembelajaran tersebut bisa diunduh gratis oleh mahasiswa UT dan para guru di wilayah jangkauan UT-AKSES.
Sebagai jaringan tertutup, kekinian bahan-bahan pembelajaran yang tersimpan di server lokal merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh UT. Karenanya, ke depan, untuk memastikan keberlanjutannya yang perlu dipikirkan oleh tim peneliti dan pengembang UT-AKSES adalah bagaimana tata kelola server lokal terkait dengan penggunaan server oleh admin, operator, dan user.
Untuk itu, pengembangan prosedur operasional standar (Standard Operating Procedure/SOP) perlu dilakukan, yang memuat spesifikasi dan deskripsi tugas dan fungsi; hak dan kewajiban; serta level otorisasi dari para pelaku yang terkait langsung dengan penggunaan server. Termasuk dalam hal ini adalah penyediaan username dan password untuk admin, operator, ICT UPBJJ-UT, dan user.
Hal ini sangat penting dan krusial dalam rangka untuk memastikan tidak setiap orang bisa masuk, mengakses, dan memodifikasi data yang tersimpan di server. Dengan kata lain, tata Kelola UT-AKSES ini sangat diperlukan untuk beberapa hal. Pertama, keamanan data (data security system) yang tersimpan di dalam server. Siapa pengontrol dan penjamin konten yang diunggah dan disimpan di server (content controller); siapa penghimpun dan pengunggah konten ke server (content accumulator); dan siapa pula distributor konten kepada para pengguna (mahasiswa UT, guru, dan atau pengguna yang lain) (content distributor).
Kedua, sejauh mana mereka memiliki akses terhadap server dan/atau data yang ada. Ketiga, apa saja data yang boleh diunggah ke server sehingga pengguna dapat memanfaatkannya secara aman, nyaman, dan sesuai dengan standarisasi konten yang ditetapkan oleh UT. Keempat, bagaimana pula pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur instalasi jaringan UT-AKSES yang berada di beberapa lokasi yang mungkin jauh dari UT Pusat. Kolaborasi UT dengan UT-Regional (UPBJJ-UT), kelompok belajar (Pokjar), dan pemerintah daerah perlu dijajaki sebagai model tata kelola untuk keberlanjutan program UT-AKSES.
sumber: https://www.indonesiana.id/read/159042/ut-perguruan-tinggi-pertama-menembus-blank-spot-area-melalui-program-ut-akses